Sang pencipta
sudah menggariskan jalan hidup setiap umatnya. Segala urusan rezeki dan umur
telah diatur oleh-Nya. Manusia di tugaskan untuk menjalankan perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya.
Setiap umat
memeliki perbedaan dengan manusia satu sama lainnya, perbedaan tersebut
merupakan kuasa Allah yang diberikan kepada umatnya.
Tak terbayang
jika manusia sama percis, bagaimana kita membedakannya saat mengenal maupun
memanggil namanya.
Berikut ada
sebuat cerita tentang dua orang dengan kondisi yang kontras: seseorang
laki-laki kaya raya dan seorang perempuan papa. Dalam kesehariannyapun mereka
terlihat sangat berbeda satu sama lainnya. Laki-laki tersebut hidupnya lumayan
sangat padat oleh kesibukan duniawi, sementara itu perempuan dengan keadaan
yang miskin itu justru menghabiskan waktunya untuk beribadah.
Atas
kesungguhan dan keuletan laki-laki tersebut sehingga membawanya ke keekonomian
yang diidamkan oleh setiap insane di bumi ini. Namun kekayaannya tak ia nikmati
sendiri. Kekayaan tersebut dinikmatinya bersama keluarganya yang ia tanggung,
sehingga keluarganya merasakan dampak ketercukupan karena jerih payahnya.
Laki-laki ini memang sedang bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan
pendidikan anak-anaknya.
Nasih lain
dialami wanita miskin, para tetangganya mengetahui bahwa di rumah wanita miskin
ini tidak ada satupun harta yang ia milikinya. Kecuali bejana yang berisi air
wudhu di dalammnya, ya. Bagi wanita taat ini, mempunyai persediaan air wudhu
menjadi kekayaan yang paling membanggakan, walaupun keadaan sedang pas-pasan.
Bukankan kesucian membuat ibadah kita diterima dan juga membuat khidmat untuk
para pelakunya. Juga balasan nanti di akhirat yang lebih besar di bandingkan
dengan balasan duniawi yang sedang kita lalui ini.
Syekh Abdul
Wahhab Asy-Sya’rani dalam kitab al-Minahus Saniyyah mengisahkan , suatu ketika
ada seorang yang mengambil wudhu dari bejana milik wanita itu. Melihat hal itu
membuat si wanita berbisik dalam hati, “kalau air itu habis, lalu bagaimana aku
akan berwudhu untuk menunaikan sembahyang sunnah nanti malam?”
Apa yang
tampak secara lahir tidak slalu menunjukan keadaan yang sebenarnya terjadi.
Kemudian diceritakan, setelah meninggal dunia, keadaan keduanya sangat berbeda.
Diceritakan sang lelaki yang kaya raya itu pada akhirnya dapat menikmati
keindahannya surga, sedangkan si wanita miskin itu yang taat beribadah justru
dimasukan ke Neraka. Lalu apa penyebabnya sehingga wanita tadi bisa masuk neraka.?
Lelaki yang
kaya raya tersebut mendapatkan kemulyaan atas sikap zuhudnya dari gemerlap
duniawi. Kekayaan yang melimpah yang ia miliki tak lantas membuatnya larut
dalam kemewahan, cinta dunia, serta kebakhilan. Apa yang dimilikinya semata
untuk kebutuhan hidup, yang bertujuan untuk menunnjang mencari ridho Allah.
Pandangan
hidup seperti ini tak dimiliki oleh perempuan. Hidupnya yang serba kekurangan
justru menjerumuskan hatinya pada cinta kebendaan. Buktinya, ia tak mampu
merelakan orang lain berwudhu dengan airnya, meski dengan alasan untuk
beribadah. Ketidakikhlasannya adalah petunjuk bahwa ia miskin bukan karena
terlepas dari cinta kebendaan melainkan “dipaksa” oleh keadaan.
Syekh Abdul
Wahhab Asy-Sya’rani menjelaskan dalam kitab yang sama bahwa zuhud adalah
meninggalkan kecenderungan hati pada kesenangan duniawi, tapi tapi bukan
berarti mengosongkan tangab dari harta sama sekali. Dalam intinya kita
merengkuh harta bukan semata-mata untuk kesenangan diri melainkan untuk
memenuhi kadar kebutuhan dan memaksimalkan keadaan untuk beribadah kepada-Nya.
Nasihat ulama
sufi ini juga berlaku kebalikannya. Untuk cinta dunia, seseorang tak mesti
menjadi kaya raya terdahulu. Karena zuhud berhubungan dengan hati, dengan
berurusan langsung dengan alam bendawi.

Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
ReplyDeleteSistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
Memiliki 9 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
Link Alternatif :
arena-domino.club
arena-domino.vip
100% Memuaskan ^-^