Cinta, Maaf Aku Harus Pergi...

created by @Wikaws - Wita K Fitrian


Ya, semua lelaki, mmm.. mungkin sebagian lelaki memang seperi itu. Tidak peduli, cuek dan egois. Seperti dia. Yang pasti tidak tahu bahwa mataku sembab karena baru saja menangis mendapat pesan singkat darinya yang berisi kata-kata yang tidak pantas di ucapkan seorang pria pd wanita. Dia tak akan tahu bahwa aku tidak makan malam menahan lapar hanya karena terus memikirkannya. Walaupun dia tahu, mungkin dia hanya akan menjawab
"gue ngga nyuruh lo buat ga makan malem, suruh siapa lo ga makan  malem cuma buat mikirin gue?"
Dia memang pria yang kasar. Sekarang. Dulu, dia tidak seperti itu. Dia baik, kalem, penyabar dan pasti sopan dan menghormati wanita. Tapi, sejak orangtuanya bercerai satu tahun yang lalu. dia tiba-tiba berubah. Entah kenapa, sikapnya pun padaku semakin hari semakin kasar. Dia sering membentak, menghardik, mencaciku habis-habisan jika aku melakuan kesalahan yang sepele seperti telat membalas sms, tidak mengangkat telepon, dan hal-hal kecil lainnya yang sering di bersar-besarkan olehnya. Sebenarnya dia sudah berkal-kali memutuskan hubungan kami, tapi aku selalu mencoba untuk mempertahankannya. Aku merasa sayang, jika harus mengakhiri hubungan yang telah kami bina selama 5 tahun ini kandas karena hal sepele yang seharusnya tidak usah di permasalahkan. Kini, dia sering tidak mempedulikan aku. Dia sering mengajak teman perempuannya yang lain untuk jalan-jalan. Terkadang hatiku merasa sakit. Perempuan mana  yang rela jika pria yang dia cintai bermain dengan wanita lain. Selain dia cukup tampan, dia juga pria yang aktif berorganisasi. Sibuk, dijadikan alasan jika aku mengajaknya berjalan-jalan atau hanya sekedar menemaniku pergi ke toko buku.
"gue sibuk !"  jawabnya begitu singkat.
Aku hanya bisa mengalah. Aku juga memang tidak tahan lagi memertahankan hubungan ini.
Jika ibunya tidak pernah datang kepadaku dan wanti-wanti agar aku tidak boleh putus dengannya,aku sudah akan meninggalkannya.
"Tolong jaga dia, tante mohon banget sama kamu ! dia memang sedikit berubah. tapi di dalam hatinya masih tetap dia yang dulu dan cuma kamu yang mengisi hatinya. Dia berubah seperi  itu hanya untuk  menutupi kesedihannya atas masalah keluarga yang menimpanya. Jadi, tante mohon sama kamu, jaga dia. Buat dia menjadi seperti dulu lagi. ya?"
Mendengar ucapan ibunya itu, aku menjadi mengerti, bahwa dia hanya berpura-pura tegar dan tidak peduli hanya untuk menutupi kesedihannya.
"kamu kenapa sih? semakin hari kamu semakin kasar sama aku, sering marah-marah karena hal yang sepele. Kemana kamuu yang dulu? kamu yang selalu menghormati dan menghargai wanita. aku masih terus berharap kamu bisa berubah."
Aku sering menasehatinya seperti itu. Tapi dia tidak pernah mendengarkanku.  Nasehatku dianggapnya angin lalu. Begitulah dia yang sekarang. Sudah beberapa hari, aku jarang melihatnya di kampus. Sudah kucari ke tempat biasa dia berkumpul dengan teman-temannya, tapi tidak ada. Aku mulai khawatir. Dia juga tidak membalas sms ku dan nomor telponnya pun tidak aktif. Aku takut terjadi sesuatu padanya. Aku telpon ke telpon rumahnya pun tidak pernah di jawab. Aku semakin penasaran. Pulang kuliah, aku menyambangi rumahnya. Sepi. Tidak ada tanda-tanda ada orang di rumah. Mobil ibunya pun yang sering di parkir di garasi tidak ada.
Kemana dia pergi?Aapakah tidak terjadi apa-apa padanya? Cemas dan gelisah bercampur menjadi satu. Aku tidak tahu harus bagaimana. Aku mencoba menghubungi dia terus hingga hari ke 30 setelah dia menghilang. Hingga suatu malam, saat itu aku baru pulang kuliah.
Aku merebahkan tubuhku yang lelah karena serangkaian aktifitasku hari itu. Handphone-ku sedang ku genggam. Aku cek, ternyata ada banyak pesan masuk. Kulihat satu persatu. Ternyata itu dari teman-temanku yang mengucapkan  selamat ulang tahun untukku yang berusia genap 20 tahun. Aku malas membaca pesannya satu persatu. Karena aku tahu isinya pasti sama. Aku melempar handphone-ku hingga terlempar sampai ke lantai. Aku kaget karena tidak sengaja melemparnyaa terlalu keras. Saat aku berniat mengambilnya, tiba-tiba, handphone-ku berdering. Kulihat ada sms masuk. Awalnya aku mengira itu dari temanku juga yang ingin mengucapkan selamat ulang tahun. Setelah ku buka, itu dari nomor yang tidak terdaftar di buku teleponku. Setelah aku membacanya, aku begitu kaget.
"selamat ulang tahun kekasihku, aku selalu mendoakan yang terbaik untukmu. pulang kuliah, datang ke rumah ya. :) -pacarmu-"
Membaca pesan singkat itu, hatiku menjadi berdebar tak menentu. Darahku mengalir dengan cepat. Dadaku penuh sesak hingga aku sulit untuk bernafas. Tak terasa air mata menetes membasahi pipiku.Aaku terharu, setelah sekian lama dia hanya mengirimi sms yang berisi makian padaku dan hingga dia menghilang begitu saja. Akhirnya di hari ulang tahunku, dia mengirimiku kata-kata yang membuatku menangis bahagia. Walau kata-katanya tidak puitis dan tidak romantis, tapi aku melihat dari untaian kata-kata itu bahwa dia telah kembali.
Dia bahkan mengundangku datang ke rumahnya. Semalaman itu aku tidak bisa tidur memikirkan pakaian mana yang harus aku pakai untuk pergi ke rumahnya.
Keesokkan harinya, sepulang kuliah aku langsung melesat ke rumahnya. Dengan pakaian dan dandanan simple. Dia memang pernah melarangku untuk berdandan berlebihan. Aku ketuk pintu. Tapi tidak terbuka. Aku coba membunyikan bel. Tetapi tidak ada jawaban juga. Aku berinisiatif menelpon nomornya semalam. Tetapi tdak aktif. Aku berfikir, jangan-jangan dia membohongiku lagi. dasar!!
Aku pun membalikkan badan dan berniat untuk pulang. Tapi,tiba-tiba pintu terbuka. Ternyata itu ibunya.
"eh kamu. ayo masuk !"
Aku lega, ternyta dia tidak membohongiku.
"maaf ya agak lama, barusan tante ada telpon penting dulu."
"iya ngga apa-apa tante."
Ibunya selalu menyambut ramah jika aku datang kerumahnya. Tapi, berbeda hari ini walapun dia tersenyum ceria, seperti ada sesuatu yang aneh. Matanya sembab seperti habis menangis.
"selamat ulang tahun ya, semoga kamu selau sehat, dan apapun yang kamu inginkan dapat tercapai. ini kado kecil dari tante." ucapnya sambil menyodorkan kado yang tidak terlalu besar.
"terimakasih ya tante, aduh jadi ngerepotin."
"ah tidak aa-apa ini tidak seberapa dengan pegorbanan kamu selama ini menjaga..........."
Melihat aku tidak terlalu memperhatikannya yang berbicara dan sibuk melihat sekeliling. Sepertinya tante tau siapa yang sedang aku cari.
"mmm.. yasudah tante panggilkan dulu. tunggu sebentar ya." ucap tante sambil berlalu meninggalkan aku.
Aku hanya sendiri di ruangan itu. Ruangan penuh foto. Aku beranjak dari sofa dan melihat-lihat setiap bingkai foto di ruangan itu. Aku terheran ketika melihat foto dia sedang duduk di kursi roda dengan kepala plontos. Aku jadi teringat dulu, dia pernah mengatakan padaku bahwa dia tidak suka rambutnya di pangkas habis alias dibotakkin. Aku mendengar suara derap kaki tante yang berjalan menuju arahku. Aku ingin bertanya tentang foto itu.
"tante, ini foto siap......."
Aku terkejut ketika membalikkan badan, tante sedang dalam posisi di belakang kursi roda. Mendorong orang yang duduk di kursi roda itu. Yang ternyata adalah dia. Orang yang tiba-tiba menghilang dan tiba-tiba mengirim sms ucapan selamat ulang tahun kepadaku dan menyuruhku datang kerumahnya. Aku tidak sengaja menjatuhkan bingkai foto ke lantai hingga kacanya pecah. Tanpa berkata apapun aku menjongkokkan badan mengambil pecahan kaca tanpa menoleh padanya sedikit pun. Tak terasa air mata pun menetes. Sepertinya dia dan ibunya melihatku menangis.
Tante pun ikut menangis dan meninggalkan kami di ruangan itu berdua. Aku terus mengambil serpihan kaca itu hingga tak terasa tanganku terluka dan mengeluarkan darah. Melihatku begitu, dia menghampiriku dengan mendorong kursi rodanya sendiri. Lalu dia menggenggaam tanganku.
"sudahlah!"
Tapi aku melepas genggamannya dengan paksa. aku tidak mempedulikannya. aku kembali mengambil serpihan kaca itu.
"please.. aku mohon!" ucapnya lirih.
"kenapa? kenapa kamu memperlakukan aku kaya gini? apa salah aku? aku selalu sabar menghadapi kamu dan semua perlakuan kamu. tapi kenapa balasannya seperti ini. kenapa?"
"maafkin aku.. aku memang keterlaluan selama ini. aku memang pengecut. aku..."
"cukup.. aku ngga butuh permintaan maaf kamu."
Aku bingung, rasanya aku ingin meledak. Sesak. Tapi aku juga ingin memeluknya. Aku rindu tatapan hangatnya. tapi aku juga ingin marah. Aku beranjak dan berniat meninggalkan rumah itu. Tapi sekali lagi tangannya menggenggam tanganku dan menahanku untuk tidak pergi.
"please, aku mohon denger penjelasan aku dulu." dia memohon dengan nada suara yang lirih dan terasa melukai hatiku. Aku melihat tante yang berdiri di balik pintu wajahnya seperti meyakinkan aku agar mendengar penjelasannya dulu. Aku pun diam dan berdiri di tempatku. Dia pun mendekatkan rodanya kearahku. Lalu dia membalutkan sapu tangannya pada luka di tanganku.
"aku.. menderita penyakit... leukimia.... stadium 4"
Walapun suaranya tersendat, tapi itu cukup jelas ditelingaku. Bahkan terlalu jelas hingga aku tercengang dan tak dapat berkata apa-apa. Aku seperti membeku. Ucapannya seperti membiusku. Entah berapa ratus tetes air mata yang membasahi pipi dan bajuku. Aku tiba-tiba lemas dan menjatuhkan diri pada sofa di sampingku. Aku perlahan menatapnya. Aku pun memeluknya dengan erat. Air mataku pun membanjiri bahunya. Aku menangis sekencang mungkin.
"maafin aku, aku ga tau kalau keadaan kamu kaya gini... maafin aku..." ucapku sambil menangis.
"sudah...sudahlah... jangan menangis. aku ngga mau liat kamu nangis sayang." dia menghapus air mataku. Aku pun merakasan kembali kehangatan dia yang sempat hilang. Kemarin tatapannya sangar dan menyeramkan, tapi kini dia menatapku dengan penuh kasih sayang.
"lalu, gimana keadaan kamu sekarang?"
"udahlah, aku ngga mau ngebahas masalah penyakitku. aku kan ngundang kamu kesini buat ngerayain ulang tahun kamu."
"tapi aku pengen tau keadaan kamu sekarang..!" suaraku memohon
"kata dokter, keadaan aku mulai membaik kok, soalnya aku ikut chemotheraphy. udah dong, kamu jangan nangis terus, jangan marahin aku terus."
"gimana aku bisa diem aja kalau orang yang aku sayang, lagi berhadapan sama maut. kamu juga pasti ngerti kan perasaan aku."
"hey, aku bukannya ga ngerti perasaan kamu, tapi aku ga mau kamu nangisin aku. aku udah terlalu sering buat kamu nangis. aku tau kok, kamu sering nangis gara-gara ucapanku. maaf ya.. yaudah sekarang kamu jangan nangis lagi.." Ucapannya menenangkanku. walaupun air mata masih menggenangi mataku. Ya ampun, ternyata dia tahu bahwa aku sering menangis karena memikirkannya. Dan selama ini pula, dia berjuang sendirian melawan penyakitnya dan berusaha menyembunyikannya dariku agar aku tidak sedih. Berarti selama ini, dia bersikap kasar agar aku mau meninggalkannya. Dasar !!
Dia mengambil gitar, lalu dia menyanyikan lagu Happy BirthDay untukku.
"sayang, aku punya hadiah buat kamu."
Lalu dia mengeluarkan sebuah kotak kecil yang entah apa isinya. Dia memberikannya padaku.dan setelah kubuka, ternyata isinya kalung. Kalung yang indah. Dia memakaikannya di leherku.
"makasih ya, tapi buat aku, ketemu sama kamu dan ngeliat kamu kembali kaya dulu lagi, itu udah berharga banget buat aku."
Kemudian, dia mengajakku makan malam. Hari ini, aku merasa sangat bahagia. Melihatnya kembali seperi dulu. Walaupun ternyata kenyataan pahit  yang harus aku bayar atas semua itu adalah dia menderita penyakit leukimia.
Aku kini terbaring di kamarku,menangis kembali ketika ku ingat kata-katanya saat dia bilang bahwa dia menderita penyakit. Sakit sekali rasanya.
Beberapa hari setelah hari bahagia itu, dia kembali menghilang. Berkali-kali aku datang ke rumahnya. Tapi tak ada siapa-siapa disana. Ternyata dia melakukannya lagi,benar-benar khawatir. Aku takut penyakitnya kambuh lagi. Tapi aku jg bingung. Tak ada yang bisa ku hubungi. Setelah beberapa hari kemudian, pagi-pagi sekali aku mendapat telpon. Ternyata itu dari tante.
"Hallo, tante..?"
"kamu bisa ke rumah tante sekarang? tante tunggu ya.."
Telpon langsung di tutup. Ada apa sebenarnya? tidak biasanya tante buru-buru menutup telpon seperti itu. Tanpa berfikir panjang, aku langsung pergi ke rumah dia.
Sesampainya disana, pintu telah terbuka. Aku masuk tanpa ragu, karena aku sangat khawatir.
"tante....tante... tante dimana?" aku memanggil tante.
Saat aku lewat di depan sebuah kamar, kulihat tante sedang duduk di pinggir tempat tidur kamar itu. Kamar itu rapih, bersih dan harum.
"tante, tante ngga apa-apa?" seketika tante menoleh padaku dan langsung menangis di pelukanku. dan itu membuatku panik dan fikiran-fikiran negatif pun membanjiri benakku.
"tante kenapa? mana...." belum sempat aku membereskan pertanyaanku. Tante mencoba tenang walaupun masih tetap menangis.
"Dia sudah pergi....dia sudah tenang di alam sana.. "
Tulang-tulangku terasa lemas. Rasanya tak sanggup menopang tubuh ini. Aku seperti mendengar petir di siang hari. aku terkoyak. Terjatuh ke lantai. Aku tak sanggup lagi. Aku mulai menangis. Menangis kencang, sangat kencang.
"kenapa? kamu jahat ! kenapa kamu ninggalin aku lagi? kamu udah janji bakal sembuh, tapi mana? kamu malah ninggalin aku."  teriakku. Tante mencoba menenangkan aku.
"Saat terakhir kamu kesini, sebenarnya keadaan dia sudah parah. Penyakitnya kambuh lagi. Tapi dia menahannya di depan kamu. Dia ngga mau kamu tambah sedih. Dia ngga mau ngecewain kamu di hari ulang tahun kamu. Sebelum meninggal, dia bilang sama tante. Kalau dia bisa hidup lebih lama lagi kamu bakal jadi perempuan terakhir yang dia pilih. Cuman kamu yang ada di hatinya. Dia sangat sangat mencintai kamu."
Ucapan tante semakin membuatku sedih dan terluka. Ini terasa tak nyata bagiku. Orang yang aku cintai, pergi menninggalkan aku selamanya.


Sekarang aku disampingnya. Disamping batu berulisakan namanya.
"Aku kira, kita bisa bersama selamanya. Aku kira, kamu beneran bakal sembuh. Banyak hal hal yang belum kita lakuin bersama-sama.  Bahkan di saat-saat terakhir kamu, aku ga bisa ada di sisi kamu. Maafin aku...sayang"




"Besok, pasti bertemu"
Siluetmu pun tak ada
"Ya.Pasti besok"
bayanganmu pun tak ada
dan aku pun mulai ragu
kudengar kabarmu
aku terhenyak
mataku menatap pada kekosongan
kakiku berpijak pada kehampaan
Kasih,
kini kau telah pergi
membawa kenangan kita
kau tidak perlu mengucapkan selamat tinggal
aku mengerti
Maaf,
dihari kepergianmu
aku hanya mampu bersimpuh
disamping batu yang terukir namamu
aku selalu mendo'akanmu
selamat jalan,
tenanglah dalam tidur panjangmu

THE END



0 komentar:

Post a Comment

Popular Posts